Thursday, December 17, 2015

Asesmen Kinerja

Asesmen kinerja dapat digunakan sebagai alternatif dari tes yang selama ini banyak digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik di persekolahan. Dengan asesmen kinerja ini, diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan asesmen kinerja menjadi penting dalam proses pembelajaran karena dapat memberikan informasi lebih banyak tentang kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar memperoleh informasi tentang jawaban benar atau salah saja.
Atas dasar inilah maka penggunaan asesmen kinerja dari tes kertas dan pensil merupakan kebutuhan yang mendesak untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran dan penilaian yang memenuhi standar nasional pendidikan.
Pada dimensi lain, Mansyur (2009) berpendapat bahwa penggunaan penilaian berdasarkan pendekatan konvensional seperti penggunaan tes terstandar layaknya tes tertulis (essay) dan pilihan ganda belum memberikan gambaran yang lengkap /komprehensip tentang kemampuan individu yang dinilai. Oleh karena itu, penilaian kinerja menjadi alternatif untuk mengungkap secara utuh kemampuan individu tersebut dan sangat cocok dterapkan dalam penilaian di kelas.
W.J Pophan ( 1995) , pengamatan-pengamatan yang informal pada umumnya melibatkan pengamatan para guru hanya satu bagian dari suatu perilaku yang kompleks, sedangkan penilaian-penilaian kinerja pada umumnya melibatkan pengamatan atas seluruh perilaku-perilaku yang kompleks. Sebagai tambahan, pengamatan-pengamatan yang informal pada umumnya dilaksanakan sebagai penilaian yang berkembang , sedangkan penimbangan prestasi lebih pada umumnya digunakan sebagai penilaian-penilaian sumatif., dan terkadang kedua jenis penilaian tersebut akan tumpang tindih .
Dari paparan di atas maka asesmen kinerja adalah salah satu alternatif penilaian yang tergolong tradisional. Selama penilaian kinerja, para siswa itu diminta untuk menyelesaikan beberapa aktivitas dan diamati oleh guru dan kadang-kadang guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan dan melengkapi tugasnya. Guru juga memfokuskan penilaian hasil dari aktivitas siswa.
Beberapa karakteristik asesmen kinerja adalah:
a.       menyusun response
b.      pemikiran tingkattinggi
c.       keautentikan
d.      keterpaduan
e.       proses dan produk
f.       kedalaman vs luas namun dangkal (Hibbard, 2000).

v  JENIS-JENIS PENILAIAN KINERJA
Jenis penilaian kinerja dibedakan atas 3 dimensi:
a.       Membedakan antara proses dengan produk
b.      Melibatkan antara pengaturan-pengaturan yang nyata dengan yang tidak nyata.
c.       Melibatkan pengaturan yang tersusun secara alami.
Oosterhof (2001)

v  Tujuh kriteria yang harus diperhatikan yaitu:
a.       Generability, semakin dapat digeneralisasikan dengan tugas-tugas lain , maka semakin baik tugas tersebut
b.      Authenticity, tugas yang diberikan harus sesuai dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari
c.       Multiple, tugas yang diberikan sudah mengukur lebih darisatu kemampuan-kemampuan yang diinginkan.
d.      Teachability, tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang diajarkan guru.
e.       Fairness, tugas yang diberikan harus adil untuk semua peserta tes
f.       Feasibility, harus relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan, waktu, atau peralatannya.
g.      Scorability, dapat diskor dengan akurat dan reliabel.

v  Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Kinerja
·         Keuntungan yang paling penting dari penilaian kinerja adalah guru dapat secara langsung mengukur ketrampilan-ketrampilan dari siswa dan bukan hanya dengan tes (paper and pencil test) Saja. Termasuk pula penilaian ketrampilan-ketrampilan teori tingkat yang lebih tinggi dan kebanyakan ketrampilan-ketrampilan psychomotor
Keuntungan yang kedua dari penilaian kinerja adalah dapat mempengaruhi cara belajar siswa dimana siswa tidak hanya sekedar menghapal saja tetapi bagaimana siswa diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan semua keterampilan-keterampilannya sehingga mereka dapat mengingatnya dengan lebih baik.
Keuntungan ketiga dari penilaian kinerja ini adalah guru dapat mengukur proses kinerja siswa langkah demi langkah yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

·         Kekurangan – kekurangan dalam penilaian kinerja
1.      Masalah dalam instrumen tidak jelas, sukar digunakan
2.      Masalah prosedural: kemampuan terlalu banyak, rata-rata hanya satu orang
3.      Penskoran cederung bias atau subjektif
4.      Waktu penilaian tidak memadai Penilaian kurang obyektif
5.      Kurang andal dalam pemberian angka
6.      Tidak semua siswa mempunyai minat yg sama dalam kegiatan/proses kinerja pada topik tertentu

v  LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMBUAT PENILAIAN KINERJA
a.       Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan yang akan mempengaruhi hasil akhir
b.      Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik.
c.       Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak, sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.
d.      Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati
e.       Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati

Kinerja Portofolio
Istilah portofolio diambil dari bidang seni, yakni “istilah yang berarti suatu kumpulan karya sesuai maksud” (Stecher, dalam Fredman et al., 2001). Suatu portofolio, menurut Collins (dalam Collette & Chiappetta, 1994), adalah “suatu tempat yang berisi sekumpulan bukti dari keterampilan, pengetahuan, minat, dan kecenderungan seseorang”. Bahan dalam portofolio tersebut digunakan untuk membuat keputusan tentang kualitas kinerja individu yang mengembangkan portofolio itu. Portofolio digunakan dalam berbagai bidang. Para artis mengembangkan portofolio kerja seni mereka. Mereka menyeleksi hasil kerja yang menunjukkan bukti-bukti kemampuan sebagai artis dan kualitas kerjanya.
Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah koleksi yang sangat berguna tentang upaya, kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka waktu tertentu (Cherian & Mau, 2003). Sebuah portofolio adalah koleksi multidimensi dari infomasi yang dikumpulkan, yang memungkinkan guru dan siswa mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang pembelajaran siswa (Farr, dalam Duffy et al., 1999). Sebagai sebuah bentuk asesmen, portofolio merupakan sebuah kumpulan seleksi dan sistematisasi karya siswa yang memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam area tertentu dalam jangka waktu tertentu (Jones, 2001). Koleksi tersebut dapat meliputi contoh-contoh karya, contoh hasil tulisan, karya seni, yang diseleksi berdasarkan pertimbangan siswa itu sendiri untuk menunjukkan tentang dirinya. Dengan portofolio, refleksi siswa sebagai swaasesmen dapat dijalankan dan dilakukan pengkaitan antara apa yang siswa pelajari dengan maknanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah asesmen portofolio adalah koleksi kerja siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, atau kemampuan siswa pada area yang ditentukan. Koleksi ini meliputi: 1) partisipasi siswa di dalam seleksi isi portofolio; 2) petunjuk bagaimana menyeleksinya; 3) kriteria untuk penilaian; dan 4) bukti refleksi-diri siswa (sesuai dengan pendapat Meyer et al., dalam Reckase, 1995).
v  manfaat portofolio, sebagai berikut:
1.      Sumbangan portofolio terhadap asesmen. Sumbangan ini meliputi asesmen terhadap hasil pembelajaran, penyediaan bukti-bukti kinerja, penggambaran bukti-bukti yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu, kemajuan siswa sebagai hasil belajar, serta asesmen formatif dan sumatif.
2.      Berfokus pada atribut-atribut kepribadian siswa. Manfaat dalam area ini misalnya menyediakan bukti-bukti personal dan professional dalam pembelajaran siswa, menyediakan umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan cara untuk penanganan sejumlah pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya.
3.      Menguatkan hubungan antara guru dan siswa. Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan dengan guru, mengingatkan siswa bahwa pembelajaran adalah proses dua arah, cerminan kerja siswa dan guru, meningkatkan harapan guru terhadap kemampuan berpikir dan pemecahan masalah siswanya.
4.      Merangsang penggunaan strategi-strategi reflektif. Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa lalu untuk pembelajaran dan mengenali kemajuan, merangsang penggunaan keterampilan reflektif, menggunakan strategi-strategi analisis dalam proses metakognitif, dan memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas bukti dari kemampuan siswa dalam merefleksikan bukti tersebut.
5.      Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi professional. Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap pengalamannya akan menumbuhkan pemahaman siswa terhadap pertumbuhan profesional. Oleh karena itu, portofolio sangat bernilai untuk siswa.

v  Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung jawab siswa terhadap kerjanya dan bagaimana guru membantu siswanya:

1.      Portofolio Semua Hal (The Everything Portfolio)
Portofolio ini berisi karya siswa, baik selama proses maupun draft final. Seleksi karya dalam portofolio jenis ini bukan merupakan tujuan utama. Guru menggunakan portofolio jenis ini untuk mengevaluasi kemajuan siswa. Guru dapat menggunakan informasi dalam portofolio jenis ini untuk sebagai bahan pertemuan antara guru, siswa, dan orang tua atau antara guru dengan siswa.
2.      Portofolio Produk (The Product Portfolio)
Di dalam portofolio produk, guru menyediakan daftar isi suatu topik atau produk. Siswa
memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar isi tersebut. Portofolio ini menjadi semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan topik penting untuk dipelajari, dan siswa menyelesaikan tugas-tugasnya untuk menuntaskan topik tersebut, dan dibuktikan oleh terpenuhinya daftar isi seputar topik itu dengan karya siswa. Evaluasi portofolio ini berupa pertemuan antara guru dan siswa, dan selama pertemuan guru dapat memberikan umpan balik sumatif, namun umpan balik ini sebagai informasi formatif bagi siswa. Guru memilih karya terbaik siswa, dan menjelaskan mengapa itu merupakan karya terbaiknya. Informasi dari penjelasan guru ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan portofolio selanjutnya.
3. Portofolio “Pameran” (The Showcase Portfolio)
Di dalam portofolio “pameran” atau protofolio contoh, guru menyediakan daftar isi suatu
topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk portofolionya dan memberikan alasan rasional untuk tiap seleksinya. Siswa diingatkan untuk tidak sekedar memasukkan
karya yang dinilai baik oleh guru, akan tetapi harus pula mempertimbangkan audien dan
tujuan portofolio itu. Di dalam evaluasi portofolio, guru melakukan pertemuan dengan
siswa, dan guru memberikan umpan balik sumatif terhadap produk siswa serta umpan
balik formatif tentang alasan siswa selama proses seleksi karyanya.
4. Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio)
Di dalam portofolio jenis ini, guru merumuskan daftar tujuan atau pernyataan tentang kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulan karyanya untuk mempertemukan karya terbaiknya dengan tujuan tersebut. Portofolio jenis ini sebaiknya tidak dibatasi pada karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan kinerja siswa (misalnya dalam berbagai berbagai format media) yang berkaitan dengan tujuan atau kualitas kinerja yang diminta.

v  Klenowski (2002) merumuskan langkah-langkah pengembangan asesmen portofolio, yang ia bagi menjadi tiga fase, sebagai berikut:
a.       Konseptualisasi portofolio
Fase ini meliputi pemahaman asesmen perkembangan, kontinum perkembangan, peta kemajuan, dan acuan patokan. Kemampuan untuk mengembangkan dokumen portofolio memerlukan waktu dan ditunjukkan oleh akumulasi koleksi karya.
b.      Pengembangan portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi asesmen formatif, umpan balik, asesmen kinerja, dan memantapkan validitas. Asesmen formatif terjadi pada selama proses dan ditujukan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Proses kompleks ini cenderung berpusat pada guru, dengan guru berperan memberikan umpan balik pada aspek-aspek spesifik yang ditujukan untuk membantu siswa memperbaiki kinerjanya.
c.       Penilaian portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi memastikan reliabilitas, standar, asesmen sumatif, dan
asesmen holistik. Hal yang berkaitan dengan reliabilitas dibahas dalam subbab tersendiri.
Asesmen sumatif berimplikasi pada peninjauan kinerja yang telah lalu. Di dalam
portofolio, asesmen sumatif ditujukan untuk menentukan karya siswa dibandingkan
dengan kriteria target (standar).

No comments:

Post a Comment